A Modern Tale of Two Brothers. Begitulah Guardian memberi sub-judul untuk menggambarkan kakak beradik, Shaun dan Lee, yang mengambil jalan hidup berbeda: Shaun mualaf dan berganti nama menjadi Abdul, sedangkan Lee berkeliling Inggris untuk ikut reli anti-muslim. Keduanya tetap berhubungan, berusaha menghormati pilihan masing-masing, dan tetap merasa menjadi saudara karena, ujar Abdul, “darah lebih kental daripada air”. Namun, perbedaan jalan hidup keduanya bukan berarti tidak membawa masalah, paling tidak secara psikis. “I wasn’t expecting this,” ujar Lee. “It’s not something you’d expect a white man to do.” Kalau kau orang kulit putih, tidak sewajarnya kau menjadi muslim. “It’s like you’re going backwards,” kata Lee saat menyaksikan kawan-kawan muslim Abdul makan pakai tangan.[i]
Kategori: Ulasan Buku
Tinjauan mengenai buku
Saya mungkin adalah salah satu pembaca yang dibayangkan Mahfud Ikhwan di saat-saat awal menulis Ulid. Saya orang desa yang hidup di kota dan masih “ndeso”. Desa saya, seperti desa-desa jutaan anak Indonesia yang lahir pada tahun 1970an-1980an, memiliki dinamika yang mirip dengan Lerok-nya Ulid: diselimuti kemiskinan dan mengalami goncangan dahsyat karena perubahan mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya. Karenanya, kenikmatan utama yang muncul dari membaca Ulid adalah identifikasi ‘kedesaan’—pengalaman masa kecil dan remaja di desa, pengalaman menghadapi perubahan besar, dan pengalaman pergi dari desa.

Penulis : Alif Danya Munsyi
Edisi : Pertama
Penerbit : Pustaka Firdaus
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : 1996
Tebal buku : 134 halaman
Adalah Pusat Bahasa, atau yang dulu bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), yang paling gencar menyuarakan paradigma ‘bahasa Indonesia yang baik dan benar”; sebuah paradigma preskriptivisme (berupa resep) yang diajukan dan dipaksakan untuk dipatuhi oleh para penutur Bahasa Indonesia. Ideologi nasionalisme-paksa ini, selain tak pernah berhasil diterapkan, juga menjadi tanda bagi ketuna-sejarahan para ahli bahasa perumusnya akan lalu lintas kata dan istilah dalam bahasa Indonesia.

Penyunting: Mikihiro Moriyama dan Manneke Budiman
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Kota terbit: Jakarta
Tahun terbit: 2010
Tebal buku: xx + 424 halaman
Pada 9-11 Juni 2008, sebuah lokakarya bertajuk “Perubahan Konfigurasi Kebahasaan di Indonesia Pasca-Orde Baru” dilaksanakan di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jakarta. Lokakarya yang berlangsung selama tiga hari itu menghadirkan empat belas makalah yang sebagian besar disajikan dalam bahasa Indonesia – beberapa makalah ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris. Butuh waktu 3 tahun bagi Mikihiro Moriyama untuk merealisasikan ide lokakarya mengenai perkembangan bahasa pasca-Orde Baru itu. Hambatan utama yang ia hadapi adalah tiadanya dana. Untungnya, para pembicara bersedia untuk hadir dan mempresentasikan makalahnya dengan biaya sendiri. Lokakarya itu, menurut penuturan Mikihiro Moriyama dalam Ucapan Terimakasih-nya, berjalan dengan padat dan sengit. “Kami bersungguh-sungguh dalam diskusi tapi dalam suasana akrab,” tulis Moriyama.
