Bahasa, Sastra, Terjemahan

Kategori: Bahasa

Tulisan-tulisan tentang bahasa

Agensi sebagai Pengawal Mutu Terjemahan

Saya memulai karier sebagai penerjemah sekitar tahun 2007 dengan menerjemahkan buku dan teks-teks LSM. Saat melihat kembali hasil terjemahan saya, rasanya malu sekali. Waktu itu saya baru memulai karier, belajar otodidak dari praktik, belum banyak pengalaman, dan tidak tahu ragam ekspektasi mutu. Pada saat itu penerbit juga punya kecenderungan untuk mempekerjakan penerjemah-penerjemah pemula—mungkin karena alasan anggaran atau keterbatasan SDM. Jadi, saya mau mengaku dosa. Saya pernah ikut andil dalam menghasilkan mutu terjemahan buku yang buruk.

EYD dan Amnesia Nasional

Pada tanggal 11 Agustus 1966, bertempat di Jakarta, pemerintah Indonesia, yang diwakili oleh Menteri Utama Bidang Politik/Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik, dan Malaysia, oleh Wakil PM/Menlu Malaysia Tun Abdul Rozak, menandatangani naskah pemulihan hubungan baik antara kedua negara.[i] Pada bulan yang sama, Lembaga Bahasa dan Kesusatraan (LBK) telah menyelesaikan tugas yang diembannya atas perintah Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi[ii] untuk menyelesaikan konsep ejaan yang akan diajukan pada Malaysia. Konsep ejaan yang telah diselesaikan oleh LBK dengan ketua panitia Anton M. Moeliono ini kemudian diajukan pada Malaysia dalam sebuah pertemuan yang diadakan pada 21-23 Juni 1967, di Kuala Lumpur, Malaysia.

9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing

Penulis             : Alif Danya Munsyi

Edisi                : Pertama

Penerbit           : Pustaka Firdaus

Kota terbit       : Jakarta

Tahun terbit     : 1996

Tebal buku      : 134 halaman

Adalah Pusat Bahasa, atau yang dulu bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B), yang paling gencar menyuarakan paradigma ‘bahasa Indonesia yang baik dan benar”; sebuah paradigma preskriptivisme (berupa resep) yang diajukan dan dipaksakan untuk dipatuhi oleh para penutur Bahasa Indonesia. Ideologi nasionalisme-paksa ini, selain tak pernah berhasil diterapkan, juga menjadi tanda bagi ketuna-sejarahan para ahli bahasa perumusnya akan lalu lintas kata dan istilah dalam bahasa Indonesia.

Geliat Bahasa Selaras Zaman

Penyunting: Mikihiro Moriyama dan Manneke Budiman
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Kota terbit: Jakarta
Tahun terbit: 2010
Tebal buku: xx + 424 halaman

Pada 9-11 Juni 2008, sebuah lokakarya bertajuk “Perubahan Konfigurasi Kebahasaan di Indonesia Pasca-Orde Baru” dilaksanakan di kampus Universitas Indonesia, Depok, Jakarta. Lokakarya yang berlangsung selama tiga hari itu menghadirkan empat belas makalah yang sebagian besar disajikan dalam bahasa Indonesia – beberapa makalah ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris. Butuh waktu 3 tahun bagi Mikihiro Moriyama untuk merealisasikan ide lokakarya mengenai perkembangan bahasa pasca-Orde Baru itu. Hambatan utama yang ia hadapi adalah tiadanya dana. Untungnya, para pembicara bersedia untuk hadir dan mempresentasikan makalahnya dengan biaya sendiri. Lokakarya itu, menurut penuturan Mikihiro Moriyama dalam Ucapan Terimakasih-nya, berjalan dengan padat dan sengit. “Kami bersungguh-sungguh dalam diskusi tapi dalam suasana akrab,” tulis Moriyama.

Judul (yang) Horor

Maret adalah Hari Perfilman Nasional (30 Maret) dan Hari Wanita Indonesia (9 Maret). Keduanya sama-sama punya sejarah yang cukup pelik dalam perjalanan Bangsa Indonesia. Dan usaha untuk menyandingkan dan menganalisis keduanya sudah beberapa kali dilakukan. Misalnya saja, peran beberapa perempuan dalam perfilman di Indonesia oleh ‘admin mobid713’. Kompas juga pernah membuat liputan khusus mengenai kekerasan terhadap perempuan dalam film-film animasi pada 31 Juli 2009. Namun, usaha untuk menjabarkan peran perempuan dan kekerasan terhadap perempuan, dua isu besar dalam Gerakan Perempuan, sepanjang pengetahuan saya, tidak banyak dilakukan dalam ranah kebahasaan [semoga saya salah].

Lupus = Lucu (tapi) Pusing

Tahu bagaimana membaca dan memahami frase JANDA 1/3 DIS, PRA ONE THE SAW, atau Air, Money & Chair? Bagi yang hidup berdekatan dengan tetangga yang jadi sopir atau kernet truk, atau yang rumahnya berdekatan dengan pangkalan truk, atau dekat dengan ‘studio’ lukisan bak truk, kata-kata di atas tidaklah asing lagi. Ya, tulisan-tulisan itu adalah hasil daya cipta seniman spesialis belakang truk. Di banyak blog, tulisan-tulisan dan gambar-gambar belakang truk (tepatnya di bak sisi belakang truk) dipajang dengan kata pengantar yang bunyinya rata-rata begini: ‘silahkan tersenyum…” Bahkan, kini telah ada grup jenis kesenangan di Facebook yang memuat dan berbagi tulisan-tulisan dan gambar-gambar belakang truk.  Seberapa menarikkah tulisan-tulisan dan gambar-gambar itu? Apa yang membuatnya menarik? Kira-kira apa fungsinya? (Artikel ini akan fokus pada tulisan saja, meskipun gambar akan sedikit disinggung demi pemahaman yang lebih lengkap mengenai fenomena ini).

Kasus Ajaib Bahasa Indonesia?

Judul Buku: Kasus Ajaib Bahasa Indonesia? Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan
Penulis: Jérôme Samuel
Penerjemah: Dhany Saraswati Wardhany
Penyunting: Emma Sitohang-Nababan
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit: 2008
Kota terbit: Jakarta
Jumlah halaman: 534

Jika gelombang pemodernan berasal dari luar, masalah utama yang diakibatkan oleh pemodernan sebenarnya adalah masalah pelengkapan kosakata, bagaimanapun prosedurnya. Masalah pemungutan dan purisme tidaklah sepenting  seperti yang disiratkan oleh literatur sosiolinguistik.

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén